PROSES MORFOFONEMIK JENIS PENGGANTIAN FONEM

Tidak berbeda dengan jenis perubahan fonem yang lain, proses penggantian fonem ini pada prinsipnya untuk mempermudah pengucapan kata yang dibentuk dengan cara afiksasi.

Ada beberapa alasan mengapa proses afiksasi itu mengharuskan adanya fonem yang diganti:
  1. setelah afiks dan bentuk dasarnya bertemu, dua fonem yang harus berurutan yang hampir semua fonem nasal (bagian dari afiks) itu tidak homorgan (sealat ucap) dengan fonem awal bentuk dasarnya. Apabila tidak diadakah penggantian salah satu fonemnya sehingga keduanya menjadi yang homorgan, kata hasil bentukannya sulit diucapkan. Itulah sebabnya, mengapa terjadi penggantian fonem, dan pada umunya yang diganti adalah fonem nasalnya. Jika yang diganti fonem awal bentuk dasarnya, yakni fonem /k, p,s t/ berarti terjadi peluluhan. Proses penggantian dua fonem yang berbeda menjadi sama atau sesuai (homorgan) itulah yang dikenal dengan proses asimilasi
  2. setekah morfem-morfem pembentuk katanya berkonstruksi, terdapat dua fonem yang sama yang tidak berurutan (diskret), yang jika dibiarkan tetap hadir akan mempersulit pelafalan kata terebut. Dengan demikian, fonem yang sama itu salah satunya lalu diganti dengan fonem lain, yang tempat/daerah artikulasinya sama. Fonem yang diganti dengan fonem lain adalah fonem yang ada pada afiksnya. Proses penggantian dua fonem yang sama menjadi tidak sama dikenal dengan nama proses disimilasi.
  3. pengubahan fonem disebabkan oleh sistem pelafan dalam bahasa Indonesia. Bahasa kita memiliki fonem /k/ yang jika posisinya sebagai penutupa kata harus diucapkan lemah., menjadi global stop (/?/), misalnya baik, naik, patuk, bapak dan sebagainya (lafal yang mengarah baku, bukan lafal dialek tertentu). apabila kata yang penutupnya fonem /?/ itu memperoleh afiks atau bagian konfiks yang fonem awalnya vokal, terjadilah penggeseran fonem, yang akibatnya fonem /?/ itu berdiri sebagai awal suku. Fonem yang berposisi sebagai awal suku harus dilafalkan tajam yaitu /k/
Tes Formatif 3
  1. Jika ditentukan prefiksnya /meN/, kata mengawasi mengalami proses morfofonemik sebanyak 2 jenis (/meN-) -> /meng-) dan /-i/ -> /si/
  2.  Proses penggantian foenm yang tedapat pada kata mengawasi pada soal no.1 di atas ialah fonem /meN/ digantikan /ng/
  3. afiksnya ditetapkan /peng-an/, dan kata bentukannya pengurangan. Proses penggantian fonemnya adalah fonem /k/ digantikan /ng/
  4. Di samping proses penggantian fonem, kata pengurangan pada soal no. 3 di atas mengalami proses morfofonemik 2 jenis
  5. afiksnya ditentukan /peng-an/, dan kata hasil bentukannya ialah pembelajaran. Proses penggantian fonemnya , yaitu fonem /ng/ digantikan /m/ dan fonem /r/ digantikan /l/
  6. Kata pengotakan dibentuk dari dasar /kota?/ dan konfiks /peN-an/. Dasarnya menjadi /ngota//, dan konfiksnya menjadi /pe-an/. Transkripsi fonemis kata bentuknnya /pe-ngo-ta-kan/. Proses morfofonemiknya: (a) fonem /N/ hilang, (b) fonem /k/ diganti /ng/, (c) fonem /?/ diganti /k/ dan (d) fonem /k/ digeser ke suku IV
  7. Transkripsi fonemis bentuk dasarnya /banya?/  dan kata bentukannya  /perbanyakan/. Fonem /?/ diganti dengan /k/ tidak termasuk asimilasi
  8. Proses penggantian fonem yang tergolong proses disimilasi terdapat pada kata ditelantarkan. yang dibentuk dari prefiks /di-/,/ter-/, bentuk dasar /antar/ dan sufiks /-kan/. Prefiks /ter-/ direalisasikan dengan /tel-/ karena bentuk dasarnya ada fonem /r/-nya, berarti masuk proses disimilasi
  9. Pada kata pengritikan terjadi proses penggantian foenm. Fonemnya diganti dan penggantian ialah fonem /k/ digantikan /ng/
  10. afiksnya ditetapkan /meng-/. Pada kata menelantarkan terdapat proses penggantian fonem. Fonem yang diganti dan penggantinya yaitu fonem /t/ digantikan /n/ dan fonem /r/ digantikan /l/

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Morf, Morfem, Alomorf, dan Kata

CODE SWITCHING, CODE MIXING, AND INTERFERENCE

Pengenalan Morfem (prinsip-prinsip pengenalan Morfem)